Kota Surakarta (Humas) – Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke 80 Republik Indonesia (RI), sejumlah 40 umat Buddha Surakarta menggelar Ziarah dan Kerja Bakti ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bhakti, Jurug, Surakarta. Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi) Surakarta yang berkolaborasi dengan Ikatan Mahasiswa Buddhis Universitas Sebelas Maret (IKMAB UNS), Perhimpunan Persaudaraan Hakka Surakarta (Perhakkas), dan Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA).
Ketua Permabudhi Surakarta Lilik Suryani, menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ritual, tetapi upaya memperkuat kebersamaan dan gotong royong lintas organisasi Buddha. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa kolaborasi ini sebagai wujud konkret persatuan umat Buddha di bawah payung Permabudhi.

“Ini momen untuk menyatukan visi sebagai bangsa. Dengan membersihkan makam pahlawan, kami ingin mengingatkan generasi muda bahwa kemerdekaan diraih dengan pengorbanan,” ungkapnya.
Sebelum kerja bakti, peserta berkumpul untuk briefing guna memastikan arahan dipahami seluruh pihak. Setelahnya, mereka bersama-sama membersihkan area makam, termasuk nisan dan jalan setapak. Usai pembersihan, prosesi ziarah dilanjutkan dengan tabur bunga dan doa di setiap makam.
“Tabur bunga simbol penghormatan, sementara doa adalah bentuk permohonan agar para pahlawan mendapat tempat terbaik di sisi Yang Maha Kuasa,” tambah Lilik Suryani.

Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Surakarta memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif ini. Kepala Kankemenag Kota Surakarta Ahmad Ulin Nur Hafsun menyatakan bahwa kegiatan semacam ini sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan dan kerukunan yang dijunjung Kemenag.
“Kami sangat mendukung kegiatan dari umat Buddha, dalam merawat memori para pahlawan. Ini jadi menambah deretan contoh nyata yang menggambarkan bagaimana agama dan nasionalisme bisa berjalan beriringan,” ungkap Ahmad Ulin Nur Hafsun.
Ahmad Ulin Nur Hafsun juga berharap aksi serupa bisa diadopsi oleh komunitas lain, mengingat TMP Kusuma Bhakti sebagai simbol perjuangan rakyat Solo. “Merawat makam pahlawan adalah cara kita mengingat sejarah. Semoga ini memicu kesadaran kolektif untuk lebih peduli terhadap warisan nasional,” imbuh Ahmad Ulin Nur Hafsun.

Kegiatan ini ditutup dengan refleksi bersama tentang makna kemerdekaan. Para peserta menyatakan komitmen untuk terus aktif dalam kegiatan sosial keagamaan yang berdampak positif bagi masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa umat Buddha juga bagian dari NKRI yang turut membangun negeri,” pungkas Lilik Suryani.
Dengan semangat ini, mereka berharap kontribusi kecil bisa menginspirasi hal serupa bagi khalayak luas. (rmd)
