Surakarta (Humas) – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti ruang guru MTsN 2 Surakarta saat kegiatan pembinaan serta penguatan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan (2/7/2025). Kegiatan ini dipandu langsung oleh Sri Hartati, Pengawas Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta yang menyampaikan berbagai arahan dan motivasi yang disimak dengan antusias oleh seluruh peserta.
Dalam sesi pembinaan, Sri Hartati mengawali kegiatan dengan ice breaking yang mengundang tawa dan mencairkan suasana. Beliau menekankan pentingnya niat (nawaitu) dalam menjadi seorang pendidik. “Jadilah guru dengan niat ibadah, bukan sekadar profesi. Tugas kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk akhlak mulia,” tegasnya.
Salah satu evaluasi penting dalam pembinaan ini adalah perlunya sosialisasi dan implementasi pembelajaran deep learning di MTsN 2 Surakarta. Ia menjelaskan bahwa konsep deep learning mencakup tiga aspek utama: mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan).
Ia juga memaparkan tiga klasifikasi guru. Pertama, Guru Baik, yakni guru yang mentransfer ilmu, bahkan kadang menyuruh siswa mencari materi di Google. Kedua, Guru Unggul, yaitu guru yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membimbing siswa untuk mengaplikasikan materi dalam kehidupan masyarakat. Terakhir, Guru Hebat, yaitu guru yang tidak hanya melakukan dua hal sebelumnya, tetapi juga mentransfer nilai dan karakter positif kepada siswa, seperti menghormati yang tua dan menyayangi yang lebih muda.
“Guru itu ibarat gula dalam secangkir kopi. Bila kurang, kopi terasa pahit. Bila berlebihan, menjadi kemanisan. Begitu pula dalam mendidik anak,” ujar Sri Hartati. Ia menambahkan bahwa guru harus sabar dan ikhlas, karena kerap disalahkan jika murid bermasalah, namun jarang disebut saat murid sukses.
Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan motorik dan kreativitas anak. “Anak perlu dibiasakan menulis tangan, mencatat pelajaran, bahkan menulis buku harian. Jangan biarkan mereka terus-menerus terpaku pada handphone dan laptop,” pesannya.
Contoh pembelajaran mindful yang ia sampaikan adalah dengan menanyakan asal makanan yang dikonsumsi siswa, seperti proses menanam padi. Dari pertanyaan sederhana ini, guru dapat menggali materi lebih dalam sehingga pembelajaran menjadi bermakna (meaningful) dan kontekstual.
Sri Hartati mendorong para guru untuk kreatif dan inovatif dalam menggali potensi siswa, tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga non-akademik, seperti seni tari, seni suara dan lain lain. “Jadilah trendsetter, bukan hanya follower,” tegasnya.

Dalam paparannya, beliau mengutip kalimat inspiratif dari Steve Jobs:
“Jangan didik anakmu untuk menjadi kaya, tetapi didiklah mereka untuk menjadi bahagia. Sehingga saat dewasa, mereka akan menghargai nilai sesuatu bukan dari harganya, tetapi dari maknanya.”
Pesan ini sejalan dengan semangat Kurikulum CINTA yang digaungkan oleh Kementerian Agama.
Ia juga menekankan pentingnya pola hidup sehat:
“Makanlah makananmu sebagai obatmu. Jika tidak, kamu akan makan obat sebagai makananmu.”
Salah satu pesan menyentuh yang disampaikan beliau adalah:
“Orang yang mencintaimu tidak akan meninggalkanmu. Meski punya seratus alasan untuk menyerah, ia akan menemukan satu alasan untuk bertahan. Itulah kekuatan cinta atau the power of love .” imbuhnya.
Di akhir pembinaan, beliau mengutip pepatah Afrika:
“Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendirian. Tapi jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama”. Pesan ini mengajak para guru untuk bekerja secara kolaboratif dan membangun pembelajaran yang berkesinambungan.
Sebagai penutup, Sri Hartati menyampaikan kutipan dari Anies Baswedan:
“Guru yang bisa digantikan oleh AI (Artificial Intelligence) adalah guru yang mengajar secara repetitif . Tetapi guru yang inspiratif, mampu memotivasi, memberi teladan, serta menanamkan nilai moral yang positif, tidak akan pernah bisa tergantikan oleh AI.”
“Jadilah guru yang mengajar dengan niat ibadah. Jangan kosongkan jam pelajaran, dan jagalah marwah MTsN 2 Surakarta dengan penuh tanggung jawab. Aktiflah dalam kegiatan MGMP sebagai wujud profesionalisme. Jadilah pula guru yang inspiratif, agar keberadaan kita senantiasa dikenang oleh para siswa,” pungkasnya.
Kegiatan yang diawali dengan tausiyah singkat dari Mulyata, guru Matematika MTsN 2 Surakarta, diikuti oleh seluruh guru. Mulyata mengingatkan pentingnya menjaga amanah, khususnya bagi seorang guru. “Setiap kita adalah pemimpin, dan pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT,” ujarnya. Ia juga mengajak seluruh peserta untuk mempersiapkan diri menghadapi akhir hayat dengan sebaik-baiknya, karena meraih predikat husnul khotimah bukanlah perkara mudah. Kepala Madrasah, Kirno Suwanto, menyampaikan sambutan hangat dan mengapresiasi kehadiran Pengawas Madrasah Sri Hartati yang telah berkenan memberikan pembinaan, penguatan, dan motivasi kepada seluruh pendidik serta tenaga kependidikan di MTsN 2 Surakarta. (rf/my)