Surakarta – Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jawa Tengah bekerja sama denga Kankemenag Kota Surakarta menggelar diseminasi hasil penelitian Keagamaan tentang Kerohanian Islam (Rohis) di Hotel Aston Surakarta, Selasa, (30/1) yang dihadiri oleh Kepala sekolah, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA di Surakarta, perwakilan Guru PAI, perwakilan guru agama dan pembina OSIS dan Rohis, Kesbangpolinmas, Pengawas sekolah dan beberapa pejabat Kemenag Surakarta.
Narasumber yang dihadirkan untuk memandu acara tersebut adalah Penyelengara Syariah Kemenag Kota Surakarta Charis Muanis dan Kepala Balitbang Provinsi Jawa Tengah Prof H Kuswinarno M Hum.
“Posisi Rohis sangat strategis dalam pembentukan karakter dan akhlakul karimah, ” kata Charis Muanis.
Menurut Charis, Rohis kadang berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu melalui berbagai paham yang dalam membahayakan persatuan bangsa. Padahal, Rohis merupakan generasi potensia penerus perjuangan bangsa dan tanah air Republik Indonesia.
“Paham tersebut ialah dari transnasional dan radikalisme,” ungkapnya.Paham transnasional ini, kata dia, ekslusif dan cenderung tertutup untuk menerima perbedaan dalam aspek teologi. Untuk itu, perlu adanya interpretasi yang dapat melahirkan sikap-sikap beragama yang toleran. Sedangkan, paham radikalisme mengingingkan perubahan secara drastis dan menggunakan kekerasan.
“Penyebab radikaslisme diantaranya kapitalisme global hingga pemahaman agama yang kurang benar,”
Untuk itu, solusinya menggunakan akal dalam beragama agar tidak kaku dan bisa luwes. Selain itu, tidak berlebihan dalam universalisme tanpa melihat situasi dan kondisi dan tidak berpikiran sempit.
Selanjutnya, Rohis harus melakukan peran strategis dalam membendung arus paham transnasional dan radikalisme. Diantaranya, berkomitmen mempunyai kesepatan dan kesatuan sikap, menyosialisasikan pemahaman Islam rahmatan lil alamin, bersama mengupayakan kedamaian dan persatuan bangsa, dan ikut serta memupuk nasionalisme.
Sementra itu Prof. Kuswinarno dalam paparannya mengatakan konsep Rohis, menurut dia, cukup baik namun jika tidak dibina dan diarahkan langsung oleh otoritas sekolah akan dimanfaatkan pihak lain untuk menyebarkan ideologinya.
“Kami selalu mengingatkan agar 'stakeholder' sekolah tidak membuat kebijakan yang justru memberikan celah tumbuhnya radikalisme. Jangan ada kegiatan ekstra keagamaan yang tidak terkontrol guru,” kata Kuswinarno.
Ia berharap pendidikan serta berbagai kegiatan keagamaan di tingkat sekolah pada intinya selalu bermuara pada pembangunan budi pekerti. Hal itu dapat terwujud apabila pendidikan agama disampaikan secara proporsional.
“Sehingga yang kami perhatikan pertama adalah kurikulum. Kurikulum harus memberikan kontribusi untuk memberikan pamahaman agama secara proporsional,” ujarnya. (rma)