Surakarta – Semangat dan keinginan yang besar dari rekan-rekan Pondok Pesantren Jamsaren, Serengan, Surakarta untuk ikut terlibat langsung merubah wajah wilayah Silir, Pasar Kliwon, Surakarta, dari lingkungan yang tadinya kumuh menjadi lingkungan yang ramah anak, patut kita dukung dan kita apresiasi.
Bermula dari kebijakan pemerintah Kota Surakarta merelokasi para pedagang Monumen Banjarsari ke kampung Silir, menjadikan wilayah itu kini lebih bermartabat.
Wilayah ujung tenggara Kota Surakarta yang dulunya kumuh itu, tempat lokalisasi, kini setelah kedatangan ratusan pedagang hasil relokasi dari Monumen Banjarsari, menjadi ramai. Satu demi satu bangunan wujud, mulai dari pasar Klithikan, Koramil, Masjid, rumah sakit dan sekolah.
Seiring dengan perkembangan zaman, gagasan Pemkot Kota Surakarta,yang memperoleh dukungan dari beberapa ormas, termasuk diantaranya, rekan-rekan dari Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta tersebut menjadi kenyataan. Pemkot berhasil menggerakkan ekonomi melalui Pasar Klithikannya, sedang Pondok Pesantren Jamsaren terlibat aktif dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan madrasah yang menelurkan generasi-generasi yang berilmu,berahlak dan berbudi pekerti yang luhur.
Terbukti, kampung Silir yang dulu kumuh dan jorok, kini setara dengan kampung lainnya yang tersebar di tengah kota Surakarta; lebih tertib dan bermartabat.
Wiwik, selaku penjaga sekolah yang merupakan penduduk asli Kenteng, Silir,Pasarkliwon Surakarta mengatakan bahwa lingkungan sekitar sekolah ini adalah lingkungan yang dulu terkenal kumuh. Penduduknya banyak yang jadi pemulung, pengamen, buruh besi, buruh pasar ayam, dan buruh pasar kambing.
“Dengan munculnya Madrasah Al Islam Jamsaren Surakarta ini, mengalami perubahan yang sangat mencolok dari segi ibadahnya, kehidupan kesehariannya serta tata krama dalam berkomunikasi semakin baik dan sopan,” ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan Eko Kurnianto, Ketua RT setempat bahwa dulu sebelum lokalisasi ditutup oleh Walikota Solo, Joko Widodo (sekarang Presiden RI), kehidupan disini bebas tanpa ada rasa pekewuh dengan masyarakat umum.
“(Kemudian) dengan adanya madrasah Al Islam Jamsaren, (berubah) menjadi tempat yang nyaman dan terasa tenang,” terang ketua Rt 06/Rw.07 Silir, Semanggi, Pasarkliwon.
Fahri, salah satu siswa berprestasi dibidang tahfids qur an yang merupakan anak asli lahir di Silir,Pasarkliwon merasa senang dengan adanya sekolah dilingkungan dekat rumahnya. Selain aman, karena tinggal jalan kaki.
“Sekolah ini juga nyaman dan tenang karena berada jauh dari jalan raya membuat proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik,” imbuh Fahri yang dua minggu yang lalu meraih juara 2 Cerdas Cermat Agama tingkat madrasah dan SMP yang diadakan salah satu Madrasah Aliyah di Kota Solo.
Partisipasi madrasah terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat sekitar juga banyak. Mulai dari melaksanakan qurban bersama, bakti sosial, pengobatan gratis,sunatan masal, pasar murah, futsal, pembagian alat ibadah dan lain sebagainya.
Kelebihan dari madrasah ini adalah selain menerima anak-anak inklusi juga anak-anak yatim piatu yang bisa mengenyam pendidikan dengan tanpa dipungut biaya.
“(Jadi, di madrasah ini) tidak ada hukuman dalam bentuk fisik. (Dan madrasah) memberikan tempat bermain yang sesuai (dengan) kebutuhan anak didik,” ungkap Sigid, salah satu guru Al Islam Jamsaren. (Sigid)