Kota Surakarta (Humas) – Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pelayanan Haji dan Umroh menggelar kegiatan evaluasi dan peningkatan layanan transportasi darat bagi jamaah haji pada Selasa (20/08/2024). Bertempat di Balai Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Laweyan, kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kasubdit Transportasi Darat Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri, Mujib Roni, dengan melibatkan lima personil dari Kemenag RI.
Dalam kesempatan ini, Mujib Roni menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada pengumpulan data dan temuan di lapangan terkait pelayanan transportasi darat selama operasional penyelenggaraan ibadah haji tahun 1445H/2024M.
“Kami berkomitmen untuk memperbaiki kualitas layanan transportasi darat agar jamaah haji Indonesia bisa merasakan pengalaman yang lebih nyaman dan aman di tahun mendatang,” ujar Mujib Roni.
Permasalahan Keterlambatan Transportasi dan Solusi Strategis
Evaluasi ini menjadi penting karena perlunya menggali beberapa permasalahan terkait layanan transportasi darat muncul dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Keterlambatan bus hingga mencapai delapan jam dan kurangnya kepastian jadwal keberangkatan dari hotel menuju tempat ibadah menjadi catatan penting. Masalah lain yang mencuat adalah komunikasi yang kurang efektif antara petugas dan jamaah, serta mayoritas sopir bukan Warga Negara Indonesia (WNI) yang dinilai mempengaruhi kenyamanan, komunikasi dan kualitas pelayanan.
Mujib Roni mengungkapkan bahwa perubahan signifikan dilakukan pada pembagian gelombang keberangkatan jamaah haji tahun ini. Gelombang I memiliki presentase yang hanya 40%. Hal ini menurun jika dibandingkan prsentase di tahun sebelumnya yaitu 50%. Sementara itu, di tahun ini, presentase untuk gelombang II meningkat menjadi 60%.
“Kepadatan jamaah di gelombang I dikurangi salah satunya untuk menyesuaikan anggaran. Karena anggaran tinggal di Madinah ini tinggi. Ke depan, pembagian persentase ini mungkin akan berubah lagi, bergantung pada kebijakan pimpinan,” jelas Mujib Roni.
Tiga Jenis Transportasi Darat yang Disediakan Pemerintah
Layanan transportasi darat yang disediakan dalam penyelenggaraan ibadah haji terbagi menjadi tiga jenis: AKAP, bus sholawat, dan bus masyair. Transportasi AKAP mengakomodasi mobilitas jamaah dari bandara ke hotel di Mekkah maupun Madinah. Sementara itu, bus sholawat melayani mobilitas jamaah untuk shalat lima waktu di Masjidil Haram selama berada di Mekkah. Untuk perjalanan antara Mekkah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dan kembali ke Mekkah atau hotel, disediakan layanan bus masyair yang dikelola oleh Syarikah di bawah Masyarik.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, tahun ini Kemenag mencurahkan segenap upaya, tenaga dan perhatiannya untuk penanganan transportasi agar pengalaman tahun lalu tidak terjadi. Lalu munculah gagasan skema “Murur” untuk menghindari kepadatan di Muzdalifah. Penetapan skema Murur ini sudah melalui diskusi panjang dengan berbagai pihak terkait, termasuk dengan aqobah/organda Arab Saudi.
Evaluasi Menyeluruh: Akomodasi, Buku Manasik, dan Layanan Medis
Selain transportasi, evaluasi kemudian melebar ke beberapa aspek lain seperti akomodasi, distribusi buku manasik, kendala komunikasi, dan layanan medis. Terdapat keluhan mengenai kamar hotel yang terlalu sempit untuk menampung barang bawaan jamaah. Keterlambatan distribusi buku manasik juga menghambat persiapan ibadah jamaah. Di sisi lain, keterbatasan komunikasi di klinik kesehatan Masjidil Haram membuat penanganan medis kurang optimal karena petugas tidak fasih berbahasa Arab atau Inggris.
Langkah Perbaikan dan Ajakan Partisipasi Aktif
Mujib Roni mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan masukan guna meningkatkan kualitas pelayanan haji di masa depan. “Kami membuka ruang seluas-luasnya bagi jamaah dan petugas untuk menyampaikan kritik dan saran, baik teknis maupun non-teknis. Hal ini penting agar layanan ibadah haji dapat terus ditingkatkan,” pungkasnya. Solusi yang direncanakan antara lain peningkatan koordinasi dan komunikasi antara petugas, penyediaan sopir yang fasih berbahasa, serta penambahan ruang akomodasi yang lebih nyaman.
Dalam evaluasi ini, beberapa jamaah juga turut berbagi pengalaman mereka. Nur Aisyah, seorang jamaah asal Jawa Barat, menceritakan pengalaman kurang menyenangkan saat menunggu bus selama enam jam di Mekkah. “Rasanya cemas karena tidak ada informasi jelas kapan bus akan tiba. Ditambah lagi dengan kondisi fisik yang lelah, hal ini benar-benar menguji kesabaran kami,” ujarnya. Cerita serupa disampaikan oleh Bapak Hadi, jamaah asal Surakarta, yang mengalami kendala bahasa saat berkomunikasi dengan sopir bus yang bukan warga Indonesia. “Sopirnya kurang mengerti apa yang kami sampaikan, membuat kami khawatir saat perjalanan menuju Arafah,” ungkapnya.
Mendengar berbagai keluhan ini, Kementerian Agama berkomitmen untuk meningkatkan komunikasi yang lebih baik antara petugas dan jamaah. “Kami paham bahwa aspek humanis ini sangat penting. Keterlambatan atau kurangnya komunikasi bisa berdampak langsung pada kenyamanan jamaah. Oleh karena itu, kami berusaha keras untuk memastikan pengalaman jamaah tahun depan lebih baik,” tambah Mujib Roni. Kegiatan evaluasi ini tidak hanya menjadi upaya administratif semata, tetapi juga sebuah langkah nyata untuk mendengarkan suara jamaah. Kementerian Agama terus berupaya untuk memastikan setiap jamaah dapat menjalankan ibadah haji dengan khusyuk dan nyaman, menjadikan pengalaman spiritual mereka lebih berarti. (rmd)