Surakarta – Ini adalah sebagian materi yang disampaikan dalam pembelajaran materi Metode TARGHIB dengan pendekatan CEMANI: Cepat, Efisien, Mudah, Aplikatif, Naratif dan Interaktif. Insya Allah dalam lima kali tatap muka, para santri, baik usia batuta maupun lansia, bisa menguasai huruf-huruf hijaiyah sebagai keywords, yang apabila dirangkai bisa menjadi kunci pembuka Al-Qur'an.
Setelah tuntas lima kali pertemuan, kemudian santri yang bersangkutan mulai disuruh membuka dan membaca Al-Qur'an dengan melihat ayat QS Al-Baqarah langsung. Saat itulah materi pembelajaran teoritis namun minimalis mulai diterapkan secara praktis dengan hukum-hukum tajwid yang sederhana.
Dengan demikian, bimbingan selanjutnya bisa diteruskan oleh para ustadz/ustadzah pembina di Masjid/Musholla serempat.
Demikian disampaikan Hidayatulloh Rosyid, Ketua Baznas Surakarta yang juga aktif menggiatkan beberapa methode pengenalan pembelajaran Al Qur’an, khususnya methode Targhib, melalui rilisnya beberapa waktu lalu.
Setelah itu, menurut Hidayat, begitu dia akrab di sapa, santri berani dan layak diikutkan dalam kelompok tadarrus hingga lancar membaca Al-Qur'an juz demi juz dan bimbingan bisa ditingkatkan ke level mengerti makna kata per kata yang dibaca.
Untuk yang terakhir ini, bimbingan makna perkata, Hidayat menyarankan agar ada waktu yang khusus untuk belajar menterjemah QS Al-Baqarah, dengan Metode TAMYIZ, yakni dengan cara LaDuNi (Ilate Kudu Muni) , atau mulau dari Juz 'Amma dengan Metode AL-BATTAR, lewat analisis jenis kata ; Fi'il, Isim, dan Huruf, sebagai upaya mengenalkan ilmu Shorof (Morfologi) sederhana dan dasar-dasar ilmu Nahwu (Sintaksis) dan sedikit ketrampilan cara men Tajrid (menentukan Mujarrod atau dasar suatu kata/kalimah dalam bhs Arab sebagai senjata untuk mencari artinya lewat kamus Al-Qur'an.
“Jadi daripada harus lebih dulu mempelajari bahasa Arab, sistem tradisional yang sacara teoritis tidak mudah diingat sewaktu-waktu sehingga butuh waktu bertahun-tahun lamanya, lebih baik belajar Kalamullah langsung lewat Al-Qur'an,” ungkapnya.
“Dengan demikian, meski dari sisi usia santri masih belia, namun mulai dikondisikan agar yang bersangkutan bisa meneruskan apa yang telah dipelajari satu sama lain micro teaching class, dengan prinsip Starting From The End, dengan motto ” Anak Kecil Saja Bisa, Yang Pernah Kecil pun Pasti Bisa,” ujarnya menyemangati para peminat metode targhib itu.
Agar tidak terkesan monoton, lanjutnya, sebagai selingan bisa dipraktekkan terjemahan lafdhiah beberapa ayat atau surat tertentu dengan menggunakan beberapa metode yang sedang ngetren belum lama ini ; Metode Kawny Hafidh On The Street , metode Kaisan, dan lain sebagainya.
“Intinya setiap lafal pada ayat yang dibaca disertai gerak anggota badan dan ekspresi wajah secara atraktif, sehingga bisa memperjelas makna dan mempermudah hafalan serta penghayatannya,” papar Hidayat.
Hidayat mengingatkan, tidak semua ayat harus dan bisa diperagakan dengan metode ini.
“Jadi jangan sampai dipaksakan untuk diterapkan pada setiap ayat,” tegasnya.
Selanjutnya, menurut Hidayat, dengan mentadabburi makna ayat dengan sikap ta'dhim, khusyu', khudlu dan tadlorru’ itulah yang in syaa Allah akan bisa menurunkan rahmat Allah.
“Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pengenalan huruf-huruf Al-Qur'an adalah materi baca dan tulis huruf-huruf Al-Qur'an melalui Metode Follow The Line , baik yang dimulai dari Juz 'Amma maupun dari QS Al-Baqarah, dengan cara menebalkan bayangan tulisan ayat-ayat yang tercetak transparan (grey scale) dalam Turutan maupun Mushaf Al-Qur'an Follow The line_ ,” saran Hidayat mengakhiri pembicaraannya.(abdus_rma)