Surakarta (Humas) – Untuk mengetahui hakikat Puasa Ramadan, kita diperintah memahami secara komplit tafsir dari surat al Baqarah ayat 183-187. Akan tetapi, banyak diantara kita gagal paham ketika membahas ayat ini.
Demikian disampaikan Ipmawan Muhammad Iqbal, rektor Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta, saat memberi tausiyah pada putaran hari ke-3 Tarling Forkompimda Kota Surakarta pada Senin (10/03/25) di kantor Bank Indonesia cabang Surakarta.
Iqbal menjelaskan, bahwa sesungguhnya hakikat menjalankan ibadah puasa ramadan adalah ketika kita dekat dengan Allah SWT.
“Jadi sesungguhnya hakikat ramadan, hakikat kenikmatan (melaksanakan puasa) ramadan adalah (ada dalam ayat) ‘wa ida sa-alaka ibadi anni qorib’ ,”ujarnya.
Orang itu kalau puasanya karena Allah, sehaus apapun dia tidak akan berbuat sesuatu yang bisa membatalkan puasa. Apalagi hakikat puasa telah dicapai, maka momen bisa dekat dengan Allah SWT itu yang membuat hatinya selalu senang.
Iqbal mencontohkan disaat mengerjakan wudhu, mau mengerjakan sholat dhuhur atau ashar, pada umumnya orang berkumur terlebih dahulu. Seandainya saat wudhu orang tersebut menelan sedikit air wudhunya, tentu tidak ada orang yang tahu. Tapi, bagi yang sudah bisa menikmati hakikat ibadah puasa, maka mereka takut karena Allah SWT sangat dekat dengan dirinya.
Dalam kesempatan itu, Iqbal juga menyindir fenomena penampilan orang-orang saat bulan Ramadan tiba. Penampilannya sholih dan sholihah semua.
“Jangankan manusia, boneka-boneka maneken yang ada di mal-mal, yang biasanya hanya menggunakan pakaian dalam saja, saat ramadan diberi kerudung, rukuh, kopyah, bahkan dipegangin tasbih’, seloroh Iqbal yang disambut dengan tawa jamaah.
Oleh karena itu, Ia menjelaskan bagi orang-orang yang hatinya senang dekat dengan Allah di bulan Ramadan, saat ditinggal Ramadan akan menangis.
“Kalau Anda mengatakan senang dekat dengan Allah, itulah yang membikin nanti Anda akan menangis karena ditinggal Ramadan. Karena orang puasa itu hidupnya menjadi sangat dekat dengan Allah. Tapi, kadang-kadang terus lupa”, bebernya.
Kemudian, katanya, selama 10 hari ini sudah sebahagia apa kita ?. Jangan-jangan aktifitas yang selama ini kita jalani tidak memperoleh sesuatu apapun dan hanya mendapatkan rasa derita berupa lapar dan haus.
“Ramadhan benar, sebagai bulan yang dipilih oleh Allah. Karena diantara sebelas bulan yang lain, dari 12 bulan yang ada di sisinya, itu hanya bulan Ramadan yang disebutkan secara ekplisit dalam al Qur’an. Yang lainnya tak ada. Hanya bulan Ramadhan”, tegasnya.
“Karena Allah SWT telah memilih bulan ini adalah bulan diturunkannya al Quran, maka inilah hidayah Allah tak ada yang lebih tinggi yang Allah turunkan kepada hamba-hambanya”, Pungkasnya. (Sol/my)