“Maju terus pantang mundur, meskipun hujan tetap observasi nyari pengalaman baru”, demikian semboyan diucapkan Sekar Ayu Pratiwi (16) kelas 10 E7 SMA Negeri 5 Kota Surakarta bersama tiga rekannya saat melakukan kunjungan di KUA Jebres dalam rangka observasi membuat penelitian projek pada Rabu (25/01) sore. Sebagai narasumber, Sodikul Amin, Penyuluh Agama Islam Non PNS kec. Jebres bidang Kerukunan Umat Beragama. “Kita sering pakai projek buat menumbuhkan sikap disiplin. Selain itu, mau menambah pengetahuan luas agar lebih kreatif. Kebetulan semester dua ini kita mengambil tema kebhinekaan, jadi kita pilih KUA ini buat observasi”, ujar ketua kelompok kelas 10 kurikulum merdeka, di ruang konsultasi.
Sekar mengaku, KUA Jebres menjadi pilihan atas saran dari gurunya. Disamping lokasinya dekat, jam operasionalnya hingga pukul 16.00 WIB. “Jadi kita masih punya banyak waktu untuk observasi”, ungkapnya. “Setelah memperoleh penjelasan, kita merasa puas. Apa yang ingin kita ketahui sudah kita dapatkan. Juga ada tambahan tentang nasihat waktu belajar agama. Nah, itu sangat memuaskan kita sebagai bahan observasinya”, ujarnya. Selain itu, dalam kunjungan tersebut ia merasa telah mendapatkan sesuatu yang baru. Misalnya, tentang syarat-syarat pembangunan masjid, kalau ada tempat ibadah yang berdempetan harus ada kesepakatan, jika ada konflik penyelesaiannya sudah ada lembaganya, dan cara menyikapi apabila ada orang yang berbeda aliran agama. “Itu merupakan hal baru bagi kami. Kami sangat puas karena penjelasan (narasumber) sangat jelas”, bebernya.
Sebagai narasumber, Sodik sapaan akrabnya, dalam kesempatan itu memaparkan semua pertanyaan yang diajukan keempat siswi tersebut, mulai dari syarat-syarat pendirian tempat ibadah, cara penanganan konflik kaitannya dengan pembangunan tempat ibadah dan masalah toleransi. Sodik mengaku senang anak-anak itu mau belajar terkait dengan kemasjidan maupun tentang toleransi beragama. Karena terus terang saja, pendidikan agama yang diajarkan di SMA belum cukup untuk anak-anak itu menerima berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks keberagaman beragama, termasuk masalah tentang wawasan beragama. “Harapan kami, anak-anak SMA ini wawasannya bisa lebih luas sehingga bisa menghadapi keberagaman dalam aliran beragama maupun keberagaman yang ada”, pungkasnya.
Sementara itu, KASI Bimas Islam, Umi Khozanah Mujtahidah menyambut baik dijadikannya KUA Jebres sebagai tempat observasi. “Ya baguslah. Karena memang KUA adalah pelayan langsung masyarakat dan sebagai tangan panjangnya Kemenag. Nantinya manakala ada sekolah yang observasi lagi di wilayahnya masing-masing, itu akan lebih baik. Secara tidak langsung siswa akan ikut partisipasi dalam melaksanakan program Kemenag”, ujarnya saat dihubungi via WA-nya pada Kamis (26/01) sore. (Sol)