Kota Surakarta (Humas) – Jajaran pimpinan Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta melaksanakan takziyah ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Senin (3/11/2025), sebagai bentuk duka cita dan penghormatan atas wafatnya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, yang berpulang ke rahmatullah pada Ahad (2/11/2025) dalam usia 77 tahun.
Rombongan Kemenag Kota Surakarta yang dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun, diterima oleh perwakilan keluarga keraton di ndalem ageng Kasunanan. Takziyah berlangsung khidmat dan penuh haru, diwarnai suasana duka mendalam dari keluarga besar keraton serta masyarakat yang datang silih berganti memberikan penghormatan terakhir.
Begitu memasuki lingkungan keraton, suasana hening menyelimuti seluruh area. Para abdi dalem serta masyarakat Surakarta tampak larut dalam kesedihan atas berpulangnya sosok yang selama ini dikenal bijaksana dan memiliki perhatian besar terhadap pelestarian nilai-nilai budaya Jawa.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Ulin Nur Hafsun menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII.
“Keluarga besar Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta turut berduka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad Ulin menyampaikan bahwa almarhum merupakan sosok penting dalam menjaga dan melestarikan budaya Jawa.
“Sri Susuhunan Pakubuwono XIII memiliki jasa dan andil besar dalam menjaga serta melestarikan budaya dan adat istiadat Jawa di era modern seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Ahmad Ulin turut mendoakan almarhum agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.
“Semoga almarhum husnul khatimah, dimasukkan ke dalam surga-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan serta kesabaran,” tutupnya.
Tak hanya sebagai simbol budaya Jawa, keberadaan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII juga dikenal sebagai pemersatu masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Di bawah kepemimpinannya, berbagai tradisi keagamaan dan budaya seperti Sekaten, Tingalan Jumenengan, serta Kirab Pusaka tetap terjaga sebagai wujud sinergi antara nilai adat dan keislaman. (Za)

















