Tarling Forkompimda Kota Surakarta putaran ke-2 berlangsung, di Masjid PDAM Kota Surakarta pada Kamis (06/03/25). Usai salat tarawih, Achmad Arifin, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Surakarta didaulat sebagai penceramah, menggantikan Ipmawan Muhammad Iqbal yang berhalangan hadir.
Dalam ceramahnya, Arifin mengurai makna dari Surat Al Muluk ayat 15, terkait dengan urusan dunia yang sesungguhnya adalah mudah.
“Dan Dialah Allah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu sekalian, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekinya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan (dihari berbangkit nanti)”.(QS. Al Muluk : 15).
Ayat ini, kata Arifin, mengisyaratkan kepada kita bahwa urusan dunia itu mudah. Jadi untuk memenuhi kebutuhan dunianya, Allah SWT telah memberitahukan kepada hambanya bahwa untuk mendapatkannya seorang hamba diberi kemudahan.
“Ketika kita bicara tentang kebutuhan pokok, misalnya; sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, masing-masing manusia diberi kemudahan oleh Allah SWT. Dan ingat, hanya diberi sebagian saja”, ujarnya.
Ia mencontohkan, terkait dengan kebutuhan seseorang untuk makan sehari-hari,apabila seseorang mau berjuang tentu Allah akan memenuhinya. Tapi, kalau kebutuhan untuk bergaya ya tentu kita akan mengalami kesulitan. Padahal, tujuan kita makan itu tidak lain agar tubuh ini tegak dan kemudian bisa beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Tapi untuk saat ini kondisinya ‘kan lain. Banyak orang memenuhi kebutuhan makannya bukan karena butuh. Tapi, karena keinginan nafsunya. Tidak mau makan, kecuali makanan yang sudah terkenal dan bahkan harus keluar negeri dan sebagainya”, imbuhnya.
Kemudian, katanya, Allah juga memberi kemudahan untuk kebutuhan berpakaian bagi setiap manusia. Karena sesungguhnya fungsi pakaian menurut agama adalah untuk menutupi aurat.
Arifin menyoroti kondisi saat ini yang mana masih banyak yang menjadikan pakaian sebagai sebuah gaya atau mode. Maka tidak heran untuk mendapatkannya akan mengalami kesulitan. Apalagi untuk memperolehnya harus di swalayan yang favorit dan harus dengan merek-merek tertentu.
“Padahal tidak disyariatkan dalam agama kainnya harus apa, bagaimana bentuknya kan tidak diatur. Yang penting bisa untuk menutupi auratnya”, bebernya.
Terkait masalah papan atau tempat tinggal, Arifin menjelaskan bahwa fungsi rumah selain untuk tempat berlindung diri dari panas dan hujan serta gangguan dari luar adalah sebagai tempat berkumpulnya keluarga.
Jadi, katanya, rumah yang dibangun dengan biaya dan harga tanah yang mahal itu menjadi tidak ada artinya apabila tidak bisa digunakan untuk berkumpul antar anggota keluarga.
“Rumahnya besar banget. Isinya juga banyak. Tapi masing-masing Tidak bertegur sapa karena masing-masing punya kesibukan. Dan tidak sedikit seorang anak untuk bertemu orang tuanya pun sulit. Jika ada yang seperti ini, maka fungsi rumah sudah tidak ada lagi”, ungkapnya.
Di akhir ayat, terangnya, Allah SWT telah mengingatkan kepada kita bahwa kelak apa yang telah Allah berikan ini, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Digunakan untuk apa dan lain sebagainya apa yang telah didapat.
“Jadi, terkait urusan dunia, kita tidak perlu ngoyo. Berbeda ketika Kemudian untuk urusan akhirat, kita diperinthakan untuk bersegera, berlari, dan cepat-cepat. Terbalik dengan urusan dunia yang hanya sebagian saja”, pungkasnya. (sol/my).