Kemenagska – Kegiatan parenting bertema “Deteksi Dini Hambatan Perilaku pada Anak Usia Dini dan Cara Mengatasinya, ” diselenggarkakan oleh Raudhatul Athfal Paripurna Al Ma’shum (RA Palma) di Aula Mittqum, Sabtu (26/8/2023). Kegiatan parenting yang terselenggara dalam rangka memberikan ilmu tentang deteksi dini hambatan perilaku pada anak usia dini dan cara mengatasinya ini dihadiri oleh orang tua/ wali murid dari siswa RA Palma.
“Insya Allah, hari ini ada ilmu yang penting untuk diketahui oleh Abi dan Umi sebagai orang tua, tentang deteksi secara dini perilaku anak-anak kita dan bagaimana cara mengatasinya, bersama narasumber yang ahli di bidangnya dari PNTC (Pediatric Neurodevelopment Therapy Center),” ungkap Kepala RA Palma, Chabibatul Basyariyah, dalam sambutannya.
“Selagi Abi dan Umi belajar, anak-anak akan discreening oleh terapis dari PNTC,” lanjutnya.
“Semoga dengan ikhtiar ini, kita sebagai orang tua bisa mendampingi dan memberikan stimulasi yang tepat untuk anak-anak. Tak ada yang lebih penting untuk mengetahui seluk beluk perkembangan anak kita sejak usia dini,” pungkasnya.
Tri Isnani, narasumber kegiatan parenting dari PNTC (Pediatric Neurodevelopment Therapy Center) membuka materi dengan memberi pemahaman kepada orang tua akan artinya anak di masa depan, “Anak adalah masa depan bagi ibu, orang tua, keluarga dan bangsa. Sejak dalam kandungan seorang ibu akan selalu mengharapkan yang terbaik untuk menentukan dan mengarahkan masa depan anak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Tri Isnani memberikan materi tentang tumbuh kembang anak. Tumbuh adalah proses bertambahnya dimensi/ ukuran sel dan interseluler, berarti bertambahanya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau seluruhnya sehingga dapat diukur dengan satuan (contohnya: panjang, berat, lingkar kepala). Kembang adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan sesuai proses maturasi fungsi organ (biofisika psicho social) sejak konsepsi sampai remaja.
Tri Isnani juga menjelaskan bahwa anak akan mengalami empat tahapan tumbuh kembang dimulai dari masa infant (usia 0 – 1 tahun), masa awal anak-anak (usia 1 – 6 tahun), masa tengah anak-anak (6 – 12 tahun), dan masa akhir anak-anak (usia 12 – 18 tahun).
Orang tua yang hadir sangat antusias mendengarkan penjelasan Tri Isnani tentang deteksi dini mental dan perilaku pada anak usia dini. “Orang tua harus waspada ketika anak tidak ada bubbling atau celoteh, tidak menunjuk, tidak ada mimik pada usia 1 tahun, tidak ada kata pada usia 16 bulan, tidak ada 2 kata spontan usia 2 tahun, kehilangan kemampuan bicara/ interaksi sosial pada semua umur. Anak yang mempunyai hambatan perilaku biasanya bermain sangat monoton dan stereotipik, senang pada sesuatu yang berputar, dapat terlihat hiperaktif, memukul kepala sendiri, kadang terlihat diam sekali, bengong, dan tatapan matanya kosong. Anak yang mempunyai hambatan perilaku akan mengalami gangguan interaksi sosial seperti menolak atau menghindari tatapan, tidak menoleh jika dipanggil, tidak senang dipeluk, tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan orang lain, jika menginginkan sesuatu menarik tangan oranglain, dan tidak bisa berbagi kesenangan dengan orang lain,” jelas Tri Isnaini.
Tri Isnaini mengakhiri materinya dengan memberikan pesan yaitu apabila anak memiliki risiko menderita atau kemungkinan adanya gangguan perkembangan, mohon untuk dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
Pada waktu kegiatan berlangsung, di Gedung RA Palma, terdapat dua orang terapis PNTC, Silvi dan Wahyu yang melakukan screening kepada siswa-siswa RA Palma. “Alhamdulillah anak-anak sehat dan normal semua, tidak terdeteksi adanya hambatan perilaku pada anak-anak,” ungkap Wahyu.
Pengawas RA Kementerian Agama Kota Surakarta, Sarkin, memberikan pernyataan dengan adanya kegiatan parenting ini; “Kegiatan semacam ini sangat baik dan bermanfaat sehingga antara orang tua dan guru dapat bersinergi dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan, sehingga anak merasa nyaman dan merdeka dalam belajar karena tidak dipaksakan oleh orang tua ataupun guru. Anak belajar menurut kemauan dan kesenangannya sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Allah menciptakan makhluk-Nya dalam bentuk terbaik, tidak pernah ada istilah produk gagal. Orang tua, guru dan lingkungan bertanggung jawab dalam menggali, membentuk dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.” (Iba/rmd)