Surakarta (Humas) – Rangkaian kegiatan Kemenag Kota Surakarta dalam rangka memperingati Hari Amal Bakti ke 79 Kementerian Agama RI telah dimulai sejak pekan lalu. Diantaranya berbagai lomba olahraga telah diselenggarakan, dilanjutkan dengan aksi sosial donor darah yang diikuti oleh seluruh keluarga besar Kementerian Agama Kota Surakarta. Agenda berikutnya, adalah silaturahim rumah ibadah 6 (enam) agama di wilayah Surakarta (19/12).
Usai Apel, Kepala Kankemenag Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun bersama Ketua IPARI, Pardi mengajak seluruh pejabat struktural Kasi/Penyelenggara, pejabat fungsional, kepala madrasah dan jajaran lainnya untuk bergabung dalam kegiatan tersebut. Termasuk didalamnya Penyuluh Agama PPPK baik dari Islam, Kristen dan Katolik.
Rumah Ibadah pertama yang dikunjungi, yaitu GKJ Margoyudan berlokasi di Gilingan, Banjarsari. Keramahan pengurus gereja sangat dirasakan oleh seluruh rombongan Kemenag Surakarta. Pnt. Emi Sumarso memperkenalkan Majelis Pengurus Harian yang hadir. Emi menjelaskan bahwa GKJ Margoyudan termasuk cagar budaya Kota Surakarta, didirikan sejak Tahun 1916. “Kami senang dengan kedatangan dari Bapak dan Ibu dari Kemenag Kota Surakarta, kami berharap silaturahim yang baik akan terus terjalin, sehingga informasi-informasi yang berkaitan dengan kepentingan umat akan cepat kami terima,”tuturnya. Ahmad Ulin juga menerima cinderamata berupa buku yang diterbitkan oleh GKJ Margoyudan.
Selanjutnya, rombongan menuju ke Rumah Ibadah Agama Budha, Wihara Maitreya Muni yang berlokasi di Kepatihan Kulon, Jebres. Bangunan megah nampak mempesona dan menarik perhatian untuk dikunjungi. Ketua PERMABUDHI Solo, Pandita Muda Lilik Suryono menyampaikan terima kasih atas kunjungan yang dilaksanakan. Sementara, Ketua Pengurus Wihara, Sutiyah mengenalkan dewa yang tersohor di Budha, dan ditempatkan di altar. “Yang ada di tengah, dengan senyum yang khas sehingga membuat siapapun yang melihatnya turut merasakan kebahagiaan, adalah Budha Gautama. Di sebelah kirinya, ada Dewi Kwan Im, selanjutnya di sebelah kanannya ada Dewa Kwan Kong yang perkasa membawa pedang,”jelasnya. Sutiyah mengaku beberapa kali menggunakan layanan dari Kemenag Kota Surakarta. “Layanan yang sering kami dapatkan adalah untuk keringanan pajak kendaraan rumah ibadah, yang sangat cepat sekali, sehari sudah langsung di whatsapp, sudah bisa diambil,terima kasih Kemenag Surakarta,”lanjutnya.
Dari wihara, kemudian meluncur menuju Gereja Katolik St. Perawan Maria Regina bertempat di Tegalharjo, Jebres. Gereja luas membuat nyaman dan dapat dipenuhi oleh jamaat kapasitas besar. Romo Herman, menyambut kedatangan rombongan beserta pimpinan paroki se-Surakarta. Sesi tanya jawab aktif dari para jamaat gereja, membahas terkait pengembangan kegiatan-kegiatan gereja. Penyelenggara Katolik, Erwan Sucahyo menanggapi usulan-usulan tersebut. “Bersama dengan pengelola DIPA, yang baru saja kami terima untuk penyelenggaraan Tahun 2025, akan kami pahami dan cermati, dan sampai saat ini masih ada alokasi untuk kegiatan bimbingan pra nikah yang biasa kita laksanakan,”bahasnya.
Menuju rumah ibadah berikutnya, aroma wangi membawa rasa nyaman dan tenang di hati pengunjung. Rumah Ibadah agama konghucu, yaitu Lithang Gerbang Kebajikan Tri Pusaka yang berlokasi di Jagalan, Jebres. Ketua Majlis Agama Konghucu, Ws.Candra Adi menceritakan berdirinya rumah ibadah Tri Pusaka yang hampir usia 100 th. Candra Adi memberikan kenang-kenangan berupa Kitab Suci Konghucu yang digunakan dalam peribadatan.
Rumah Ibadah berikutnya adalah Masjid Tegalsari di Bumi, Laweyan. Dengan konsep lesehan, rombongan berbaur dengan pengurus masjid yang hadir. Ketua Takmir Masjid, Muhammad Adhim memperkenalkan pengurus masjid dan menceritakan sejarah berdirinya Masjid Tegalsari. “Di masjid ini, juga terdapat jam matahari, yang dijadikan patokan waktu sholat,”jelasnya. Bangunan Masjid Tegalsari dibangun di atas tanah 2000 meter persegi. “Pendirinya KH.Ahmad Shofawi membangun masjid harus suci, mulai dari tukangnya itu haris memulai membangun dengan berwudhu dulu, dan bahan yang dipakai murni tanah liat,”jelasnya.
Rumah Ibadah terakhir agama Hindu berlokasi di Sondakan, Laweyan yaitu Pura Indraprasta. Ketua PHDI, Ida Bagus Komang Suarnawa menerima rombongan di pura utama. Serasa berada di Pulau Bali, bangunan-bangunan indah dan suasana sejuk menyelimuti area peribadatan utama. Di tengah-tengah perbincangan muncul pembahasan yang menarik, dimana Ida Bagus menceritakan filosofi dari udeng yang dipakai. “Iya, udeng ini kan bagian atasnya terbuka ya..jadi tidak ada batasan antara kita dengan Tuhan, dan semua ilmu pengetahuan masuknya ya dari kepala,”jelasnya.
Kepala Kankemenag Kota Surakarta, Ahmad Ulin di seluruh silaturahimnya memperkenalkan satu per satu rombongan. Ia berharap silaturahim yang baik dan kontinyu dapat terjalin agar tercipta Kota Surakarta yang nyaman, toleran, dan damai. “Tentu itu adalah harapan kita bersama, maka saya mengajak seluruh teman-teman dari Kemenag Kota Surakarta agar kita saling mengenal dan akrab dengan umat yang lain,”jelasnya. Di akhir setiap silaturahim, Ahmad Ulin memberikan cinderamata berupa pigura foto kenangan sebagai bukti bahwa telah terjalin komunikasi yang baik antara rumah ibadah dengan Kemenag Kota Surakarta. (may)