Kemenagska – Pada Bulan Agustus 2023 ini, topik bermain dan belajar siswa RA Palma “Alhamdulillah, Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia dan Alhamdulillah, Aku Bangga Menjadi Warga Surakarta”, menjadi salah satu subtopik yang dikupas dalam kegiatan belajar mengajar siswa. Sebagai penguatan pembelajaran subtopik “Alhamdulillah Aku Bangga Menjadi Warga Surakarta” tersebut, siswa RA Palma menyelenggarakan kegiatan Kunjungan Belajar ke Keraton Surakarta pada Rabu, (16/8/2023).
Ketika memberikan pembekalan sebelum berangkat menuju tempat tujuan, Kepala RA Palma, Chabibatul Basyariyah, menyampaikan rasa syukurnya karena guru dan peserta didik mendapat kesempatan untuk mengunjungi Keraton Surakarta yang digunakan menambah wawasan kebangsaan dan budaya. “Ikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, kita tambah wawasan dan pemahaman sejarah kita, terutama sejarah tentang Kota Surakarta sehingga kita bangga menjadi warga Kota Surakarta,” pintanya.
Marlistyo Pujo Kusumo dan tim pemandu (guide) menyambut rombongan siswa RA Palma di loket masuk Keraton. Siswa RA Palma dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing kelompok dipimpin oleh satu orang pemandu.
Siswa RA Palma diajak untuk berkeliling Keraton Surakarta. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah pendopo besar yang digunakan untuk pertunjukan tari dan gamelan. Ketika memasuki pendopo besar, siswa RA Palma diberitahu untuk melepas sandal atau sepatu sandal, tetapi diperbolehkan tetap memakai sepatu, “Pengunjung harus melepaskan alas kaki dan berjalan dengan kaki telanjang di hamparan pasir. Hal ini bertujuan untuk kesopanan terhadap raja,” jelas Iput, panggilan Marlistyo Pujo Kusumo. Pasir yang terhampar di halaman pendopo besar ini diambil langsung dari Pantai Parangkusumo dan Gunung Merapi.
Lokasi kedua yang dikunjungi adalah museum. Siswa RA Palma diajak untuk melihat 13 ruang di museum ini. Masing-masing ruang memamerkan jenis koleksi yang berbeda. Ruang pertama memamerkan foto-foto raja yang pernah berkuasa di Surakarta. Ruang kedua adalah ruang arca batu peninggalan zaman purbakala. Ruang ketiga menyimpan patung kuda milik pasukan keraton. Ruang keempat adalah ruang pengantin keraton. Ruang kelima adalah ruang kesenian rakyat seperti wayang kulit, klenengan, serta jaran kepang. Ruang keenam menyimpan berbagai jenis topeng. Ruang ketujuh memamerkan berbagai alat upacara yang biasa dipakai oleh masyarakat dan anggota keraton Surakarta. Alat-alat yang disimpan di ruang ini antara lain bokor, kendi, tampan, sumbul, kencohan, dan perhiasan. Ruang kedelapan adalah ruang alat angkut tradisional Keraton Surakarta, yakni tandu. Alat angkut tradisional yang digunakan merupakan alat angkut yang diangkat oleh beberapa orang abdi dalem keraton. Ada beberapa alat angkut yang digunakan, yaitu. Ruang kesembilan adalah ruang kereta raja. Ruang kesepuluh adalah ruang kuda untuk berburu. Ruang kesebelas adalah ruang senjata yang menyimpan berbagai senjata seperti bedil, pedang, perisai, keris, panah, dan pelana kuda. Ruang keduabelas dapat ditemukan sebuah patung Rojomolo dan berbagai maket rumah Jawa, mulai dari yang bergaya limasan, gaya kampong, dan lainnya. Terakhir, ruang ketigabelas adalah ruang alat perlengkapan rumah dan dapur.
Pada akhir kunjungan, Marlistyo Pujo Kusumo mengucapkan terima kasih dan harapan atas kunjungan dari siswa RA Palma, “Semoga dengan kunjungan adek-adek dari RA Palma ini menginspirasi RA/ PAUD/ TK lain untuk lebih bisa mengenal budaya di Kota Solo terutama di Keraton Kasunanan Solo,” ungkapnya.
Sarkin selaku pengawas Madrasah RA Kankemenag Kota Surakarta mengucapkan selamat untuk RA Palma yang telah mengenalkan anak didiknya pada Keraton Kasunanan Surakarta dan berbagai situs yang ada di dalamnya yang merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia khususnya Kota Surakarta. “Tentunya kita sebagai generasi milenial saat ini disamping mengenal juga ikut melestarikan benda peninggalan di masa lalu, juga melestarikan kebudayaan ada melalui kegiatan moderasi beragama yaitu dengan melaksanakan mempelajari agama dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh namun tetap melestarikan kebudayaan , adat dan tradisi yang ada sebagai bentuk kearifan lokal, sehingga kelak jika dewasa anak-anak menjadi anak yang shaleh dan shalihah, menjadi pemimpin yang tetap menjunjung tinggi serta menghargai para pendahulunya,” ungkap Sarkin dalam releasenya. Siswa RA Palma sangat antusias mengunjungi Keraton Surakarta hari ini. Tempat yang sangat nyaman untuk dikunjungi, serta dilengkapi dengan pemandu yang ramah dan menguasai bidang, membuat anak-anak antusias menikmati damainya keraton Surakarta dan benda-benda koleksi museum. (Iba/rmd)