Surakarta (Humas) – Seksi Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Surakarta menggelar pelatihan untuk takmir masjid se-Kota Surakarta dalam pengukuran arah kiblat menggunakan alat canggih, theodolite. Acara yang diadakan di salah satu masjid di Surakarta ini dibuka oleh Ketua Pokjaluh/IPARI Kota Surakarta, Pardi, yang mewakili Kasi Bimas Islam. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan takmir masjid dari berbagai penjuru Surakarta dan bertujuan untuk memastikan bahwa arah kiblat yang digunakan dalam salat benar-benar tepat dan sesuai.
“Meski beberapa masjid sudah pernah melakukan pengukuran arah kiblat, ada kalanya mereka enggan mengubah arah sholatnya, meskipun hasil pengukuran menunjukkan adanya ketidaktepatan,” ujar Pardi dalam sambutannya. Pelatihan ini memberikan pemahaman tentang pentingnya akurasi dalam menentukan arah kiblat agar umat Muslim dapat melaksanakan ibadah dengan benar.
Narasumber utama dalam pelatihan ini adalah Muhammad Fiqhussunnah, seorang ahli dalam bidang pengukuran arah kiblat. Fiqhussunnah menjelaskan bahwa ada berbagai metode dalam pengukuran arah kiblat. Salah satunya adalah dengan menggunakan kompas manual atau digital berbasis aplikasi ponsel. Meskipun sederhana, metode ini kurang akurat karena pengaruh medan magnet, terutama di sekitar bangunan logam, yang bisa mengganggu pembacaan kompas.
Metode kedua, yang dikenal dengan nama istiwa’ atau pengukuran dengan menggunakan sinar matahari, juga sering digunakan. Dalam metode ini, sebuah tongkat lurus diletakkan untuk mengamati bayangan matahari. Teknik ini bisa divalidasi pada waktu rashdul kiblat, yaitu ketika matahari tepat berada di atas Ka’bah.
Namun, menurut Fiqhussunnah, metode yang paling akurat hingga saat ini adalah dengan menggunakan theodolite, sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sudut vertikal dan horizontal. Dengan menggunakan theodolite, arah kiblat dapat dihitung dengan tepat melalui pengamatan posisi matahari, serta penyesuaian koordinat geografis lokasi pengguna. Penggunaan theodolite memungkinkan pengukuran yang sangat presisi, bahkan dalam hitungan detik derajatnya.
Takmir masjid yang hadir dalam pelatihan ini terlihat sangat antusias. Mereka diajak untuk mencoba langsung penggunaan alat theodolite, mulai dari pemasangan hingga pengukuran arah kiblat yang lebih akurat. Meskipun proses pengukurannya dinilai lebih rumit, para peserta mengakui bahwa hasil yang didapat jauh lebih presisi dibandingkan dengan metode lainnya.
Fiqhussunnah menegaskan, meskipun pengukuran dengan theodolite memerlukan ketelitian ekstra, keakuratan hasilnya sangat berharga untuk memastikan arah kiblat yang tepat. “Dengan pengukuran yang lebih akurat, kita membantu umat Islam menjalankan ibadah dengan penuh keyakinan dan sesuai dengan tuntunan agama,” ujarnya.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan para takmir masjid di Surakarta dalam memastikan arah kiblat yang benar, serta memperkenalkan teknologi yang dapat menunjang keakuratan ibadah umat Muslim.
Seksi Bimas Islam melalui pembawa acara, menyebutkan adanya layanan pengukuran arah kiblat yang bisa di dapatkan dengan biaya Rp 0,- Dengan menyampaikan surat permohonan pengukuran arah kiblat dari masjid/kantor/instansi/musholla untuk kemudian ditindaklanjuti dengan pengukuran arah kiblat oleh petugas seksi bimas islam. (may)