Surakarta (Humas) – Dalam suasana sejuk pegunungan Alas Karet, Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, sebanyak 50 penyuluh agama dari Kota Surakarta mengikuti kegiatan Kemah Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Kota Surakarta, Rabu–Kamis (16–17/07/2025).
Kegiatan ini menjadi wadah penting untuk mempererat nilai-nilai kebangsaan, menumbuhkan semangat cinta tanah air, dan memperkuat peran strategis penyuluh agama dalam menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk.
Acara dimulai dengan prosesi penyalaan api unggun yang menjadi simbol semangat persatuan dan kebersamaan. Hadir dalam pembukaan kegiatan antara lain Kepala Kemenag Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun;Wakil Komandan Korem Warastratama,Basar yang mewakili Danrem;Kasubbag TU Kemenag Kota Surakarta, Bagus Sigit Setiawan; Kasi Bimas Islam, Achmad Arifin; Ketua IPARI Kota Surakarta, Pardi serta seluruh peserta kemah yang terdiri dari 49 penyuluh agama.
Dalam sambutannya, Basar menyampaikan pesan kebangsaan yang mendalam kepada para peserta. Ia menegaskan pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Penyuluh agama diminta untuk mengenalkan negara kita kepada masyarakat, anak-anak, dan saudara-saudara kita dimanapun berada, termasuk kekayaan sumber daya alamnya. Tujuannya agar masyarakat semakin mengenal bangsanya. Sebab, kalau sudah mengenal, pasti akan menyayangi. Kalau sudah mencintai, pasti akan rela berkorban untuk bangsa dan negara, bahkan dengan nyawa sekalipun,” tegasnya.
Basar juga menekankan bahwa keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah kekayaan, bukan penghalang. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dijabarkan secara mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
“Dalam menjaga dan mempererat kebhinekaan, Pancasila harus dijabarkan secara mendalam, khususnya nilai religiusnya. Pancasila yang lima itu sudah lengkap. Di sana ada Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, dan Keadilan.”
Ia mengibaratkan Indonesia sebagai gadis cantik yang banyak diincar oleh bangsa lain karena kekayaan alamnya. Maka, seluruh elemen bangsa harus menjaga dan merawatnya dengan cinta dan kebanggaan.
“Negara kita ini seperti gadis cantik nan molek — banyak yang mengincar dan ingin menguasainya karena kekayaan alam yang kita miliki. Karena itu, kita harus menjaga dan merawatnya. Jangan sampai ketergantungan pada negara maju, yang justru sumber alamnya sudah menipis,”tuturnya.

Basar menutup pesannya dengan penekanan bahwa para penyuluh agama memiliki tanggung jawab besar sebagai penjaga roh kerukunan dalam masyarakat. “Roh kerukunan itu ada di panjenengan, para penyuluh agama Republik Indonesia. Maka mari terus kita jaga dan perkuat nilai-nilai kebangsaan ini demi masa depan anak cucu kita,”pungkasnya.
Kegiatan kemah ini tidak hanya berisi diskusi kebangsaan, tetapi juga berbagai aktivitas reflektif dan interaktif. Pada hari kedua, acara diawali dengan apel hormat bendera, dilanjutkan dengan senam kesehatan jasmani ala tahun 1980-an, sarapan bersama, dan sesi perkenalan antarpeserta. Kemudian ditutup dengan diskusi penerapan moderasi beragama di Kota Surakarta yang berlangsung hangat dan konstruktif.

Sebagai penutup, para peserta mengikuti jalan sehat bersama menyusuri kampung Karet, Kemuning, Ngargoyoso, sambil menikmati keindahan alam dan mempererat keakraban antarsesama penyuluh.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat jaringan kerja lintas iman dan meningkatkan semangat kebangsaan para penyuluh agama dalam menjalankan tugas-tugas sosial keagamaan mereka di tengah masyarakat. (sol/my)