Surakarta (Humas) – Seksi Bimas Islam Kementerian Agama Kota Surakarta menggelar talkshow bertajuk “Peran dan Fungsi Perpustakaan Masjid untuk Mencerdaskan Umat dalam Berbagai Perspektif” (9/7/2025) yang diikuti oleh para Kepala KUA dari lima kecamatan dan 15 takmir masjid se-Kota Surakarta.
Acara yang berlangsung di Sparta Resto diikuti dengan penuh antusias dan dibuka secara resmi oleh Kasi Bimas Islam, Achmad Arifin, mewakili Kepala Kantor Kemenag Surakarta. Dalam sambutannya, Arifin menekankan pentingnya keberadaan perpustakaan masjid sebagai pusat literasi umat.
“Target hari ini adalah masjid-masjid yang telah memiliki fasilitas perpustakaan. Ke depan, kami akan membentuk Pojok Baca di setiap KUA kecamatan. Masjid tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat belajar dan pencerahan masyarakat,” ungkapnya. Ia menambahkan pentingnya pengelolaan perpustakaan yang mengikuti standar regulasi serta mampu merespons kebutuhan zaman.

Talkshow ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dita Kafaabillah selaku pengelola Perpustakaan Masjid Agung Surakarta, dan Bagus Sigit Setiawan, Wakil Direktur Masjid Sheikh Zayed Solo.
Dalam pemaparannya, Dita menjelaskan berbagai program yang dapat menghidupkan peran perpustakaan masjid, mulai dari pemanfaatan manuskrip kuno peninggalan Keraton, kajian kitab bersama ustaz, hingga kerja sama digitalisasi buku dengan Perpustakaan Nasional. Ia juga menyoroti tantangan promosi dan kurangnya sumber daya manusia sebagai kendala minimnya minat masyarakat terhadap perpustakaan masjid.
Sementara itu, Bagus Sigit menyoroti pentingnya penguatan literasi berbasis naskah klasik di masjid. “Di Masjid Sheikh Zayed, terdapat lebih dari 1.400 naskah Islam yang tersimpan. Dulu, setiap ulama memiliki perpustakaan pribadi sebagai basis keilmuan—karena dalam berfatwa tidak cukup hanya mengandalkan logika semata,” tegasnya.
Dialog berlangsung dinamis dengan berbagai pertanyaan kritis dari peserta, termasuk usulan agar konsep perpustakaan dirancang lebih kekinian untuk menarik generasi muda, serta kekhawatiran atas maraknya terjemahan kitab yang tidak sesuai naskah asli.

Selain menyoroti literasi, Achmad Arifin juga mendorong takmir masjid agar mengaktifkan peran konseling keluarga di lingkungan masjid. “Masalah rumah tangga semestinya dapat diselesaikan di masjid. Jika bisa tuntas di tingkat lokal, tidak perlu sampai ke BP4 dan dapat menekan angka perceraian,” ujarnya.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh peserta untuk mendukung gerakan masjid ramah lingkungan melalui penanaman biopori di setiap lingkungan masjid. (may)