Peningkatan sistem aplikasi yang terus berkembang di setiap segi kehidupan, tak terkecuali di dunia pendidikan. Keberadaan pondok pesantren dan madrasah diniyah semakin dituntut agar lebih meningkatkan kompetensinya, utama di bidang teknologi. Seksi PAKIS mengundang para pengelola ponpes dan madin untuk melaksanakan koordinasi dan sosialisasi tentang EMIS (Education Management Information System) Online untuk pondok pesantren dan madrasah diniyah se-Surakarta (22/02). Kepala Kemenag Kota Surakarta, Hidayat Maskur didampingi oleh Kasi Pakis, Achmad Arifin membuka secara kegiatan yang dihadiri oleh kurang lebih 50 pengelola EMIS. Dalam sambutan dan arahannya, Hidayat mengajak para ustadz/ah untuk tidak meninggalkan teknologi. “Jika kita meninggalkan teknologi, maka nantinya kita yang akan tertinggal,”tuturnya. Ia menyebutkan bahwa banyak lembaga keagamaan yang terseok mengejar, dikarenakan kurang mampu mengejar teknologi yang sangat pesat berkembang. “Maka kita harus bisa mengejar teknologi seperti halnya ada perpustakaan digital yang mencakup segala macam produk atau kitab-kitab yang biasa kita lihat di lemari-lemari para kyai,”jelasnya.
EMIS Online saat ini belum tergabung dalam super app pusaka Kemenag RI, namun dimungkinkan akan dimasukkan dalam aplikasi yang sama. “Seperti halnya saat ini, bahwa ASN seluruh Indonesia sudah menggunakan 1 aplikasi yang sama untuk presensi kehadiran, yang otomatis akan menghitung uang makan, dan tunjangan sesuai presensi kehadiran kita,”tuturnya. Hidayat menegaskan bahwa hanya ada 1 data yang akan dipakai di kementerian agama, yaitu yang berasal dari data EMIS. Update data dengan informasi terkini, data riil dan data terbaru menjadi kuncinya.
Selanjutnya, Achmad Arifin mengajak seluruh peserta untuk berkoodinasi terkait kendala dan kesulitan dalam mengoperasikan atau mengisi data EMIS. “Pembaruan EMIS memiliki peran yang sangat penting dalam keaktifan lembaga, serta bisa menentukan masa depan siswa didiknya,”ujarnya. Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa banyak siswa didik yang ingin melanjutkan studi ke luarnegeri, namun menemukan ksulitan dalam penerbitan rekomendasi kemenag. “Hal ini bisa terjadi karena data siswa tersebut tidak ditemukan dalam EMIS atau ada kesalahan data,”jelasnya. Disampaikan pula, adanya ponpes atau madin yang memiliki akun ganda, sehingga harus di hapus salah satunya. Arifin meminta pada seluruh operator EMIS pontren dan madin, untuk dapat update data yang kemudian data tersebut akan menjadi dasar pada sistem aplikasi terkait. “Termasuk sistem aplikasi terkait bantuan pendidikan, maka data EMIS akan menjadi acuan pendidik atau lembaga pendidikan mana yang masuk dalam kriteria mereka,”tandasnya. (may)