Surakarta (Humas) Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun didampingi KaSubbag TU, Baus Sigit Setiawan dan Kepala KUA Laweyan, Rohmat Agung Suprayogi, menghadiri Haul ke-66 KH Ahmad Siroj Umar di Pondok Pesantren As-Siroj, Panularan, Laweyan, Surakarta, Senin malam (22/7/2025) bertepatan dengan 27 Muharram 1447 H.
Kehadiran Kepala Kemenag dalam kegiatan ini menjadi wujud komitmen Kementerian Agama dalam merawat tradisi keagamaan dan menghormati perjuangan para ulama. Nilai-nilai keteladanan KH Ahmad Siroj Umar, seorang ulama karismatik asal Surakarta yang dikenal dengan ketekunan ibadah dan keluhuran akhlak, selaras dengan semangat Asta Protas Kementerian Agama, khususnya nilai Integritas, Keteladanan, dan Kebersamaan.
Sebelum acara dimulai, Ahmad Ulin tampak berbincang hangat dengan KH Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), mantan Menteri Agama RI, yang juga hadir dalam kesempatan tersebut. Momen penuh keakraban itu turut didokumentasikan dan menjadi inspirasi tersendiri bagi jajaran Kemenag, terutama dalam menjaga kesinambungan antara pelayanan keagamaan dan nilai-nilai spiritualitas yang luhur.
Haul ini juga dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), yang merupakan dzurriyah atau keturunan langsung dari Mbah Siroj, serta para masyayikh dan tokoh pesantren dari berbagai daerah. Kebersamaan dalam forum keagamaan seperti ini memperkuat semangat pelayanan Kemenag yang Modern, Tangguh, Efisien, dan Siap Melayani, sebagaimana digaungkan dalam slogan MENTES Kemenag Kota Surakarta.
Rangkaian pembacaan Al-Qur’an, Dzikir Tahlil dan sholawat dilaksanakan bakda Isyak, dilanjutkan dengan sambutan shohibul bait, KH Yahya Cholil Staquf. Mauidhoh hasanah disampaikan oleh KH Luqman Harist Dimyati dari Pondok Pesantren Tremas, Pacitan.
Ia menyampaikan pentingnya pesantren menjadi ruang ramah untuk seluruh ciptaan Allah. Menegaskan agar para pengasuh pondok, guru madrasah, dan ustaz menjaga akhlak dan kasih sayang dalam mendidik. “Jangan sampai terjadi lagi peristiwa seperti kasus di Demak, yang melibatkan guru madin dengan kekerasan. Dunia pesantren harus menjadi teladan keramahan, bukan hanya kepada santri, tapi juga kepada lansia, para jamaah haji, kepada lingkungan, bahkan kepada makhluk-makhluk Allah yang tidak terlihat seperti jin. Semuanya ciptaan Allah, harus dihormati,” pesannya.
Beberapa kisah manaqib Mbah Siroj dibacakan oleh para dzurriyah seperti Gus Labib putra KH Muhromi-Keponakan Mbah Siroj. Di antaranya disebutkan bahwa Mbah Siroj dikenal sebagai sosok ulama zuhud yang istiqamah, selalu berpakaian putih dengan sarung wulung dan iket khas. Kisah karomah beliau sangat hidup di tengah masyarakat, seperti kesaksian santri yang melihat beliau sedang thawaf di Mekkah padahal secara lahir tidak pernah berhaji, atau kisah beliau mendahului rombongan pengantin anaknya hanya dengan berjalan kaki.
KH Ali Maksum Krapyak bahkan pernah menyebut Mbah Siroj sebagai “Wali Jawa.” Banyak sahabat dan muridnya yang bermimpi bertemu beliau sebelum wafatnya, menandakan tingginya maqam spiritual beliau di hati umat. Haul KH Ahmad Siroj Umar yang rutin digelar setiap 27 Muharram ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tapi juga momentum untuk menyegarkan semangat keteladanan, khidmah, dan nilai-nilai keulamaan yang ditinggalkan beliau. (mza/my)