Kota Surakarta (Humas) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, Kementerian Agama (Kemenag) RI meluncurkan gerakan penanaman 1 juta pohon matoa sekaligus peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia (PPII). Kegiatan hybrid yang dipusatkan di Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini diikuti secara serentak oleh ASN Kemenag, tokoh lintas agama, dan masyarakat dari berbagai daerah, termasuk Masjid Raya Sheikh Zayed Solo sebagai lokasi simbolis penanaman pohon.
Sekretaris Jenderal Kemenag RI, Kamarudin Amir, dalam laporannya menegaskan bahwa gerakan ini bukan sekadar seremonial, melainkan aksi nyata berbasis ecotheology. “Pohon matoa dipilih karena nilai ekonomis, ekologis, dan sosial budayanya. Ini adalah wujud komitmen Kemenag menjadikan pesantren sebagai pusat insan cendekia yang toleran dan peduli lingkungan,” ujarnya. Desain PPII pun dirancang berbasis kelestarian alam, menggabungkan prinsip Islam dengan kesadaran ekologis.
Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam arahannya menyatakan, PPII dirancang sebagai epicentrum kajian Islam modern. Bahkan saat ini, Timur Tengah telah menaruh harapan besar kepada Presiden RI saat ini untuk mulai mewujudkan Indonesia sebagai pusat sains Islam masa depan.

Mengutip dari pernyataan yang pernah disampaikan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Nasaruddin Umar menambahkan, “Sudah saatnya Timur Tengah belajar ke Indonesia. Kita tidak perlu lagi mengirim santri ke Al-Azhar, melainkan membuka cabangnya di sini. Bahkan, buku-buku Islam yang berbahasa Indonesia, selayaknya saat ini sudah banyak yang dapat diterjemahkan ke Bahasa Arab untuk dijadikan sumber ilmu.”
Terlaksananya kegiatan ini menandai dua momen bersejarah penting yakni penanaman pohon matoa sebagai simbol komitmen lingkungan dan ground breaking PPII sebagai pusat pendidikan Islam berkelanjutan. Menag menekankan, “Ecotheology selama ini terabaikan karena narasi keagamaan yang terlalu maskulin hingga pada beberapa poin justru menimbulkan kecemasan.”
Untuk itu, kehadiran Kurikulum Cinta untuk mengatasai kecemasan tersebut akan terus digencarkan Kemenag, karena merusak bumi merupakan tindakan pengkhianatan terhadap amanat Allah.
Nasaruddin Umar juga menyatakan, PPII akan menjadi laboratorium ecotheology pertama di Indonesia. “Kami ingin pesantren ini tidak hanya mencetak ulama, tapi juga pejuang lingkungan yang menginspirasi dunia,” paparnya. Rencana ini sejalan dengan strategi nasional Kemenag untuk mengintegrasikan isu ekologi dalam pendidikan agama.

Gerakan penanaman 1 juta pohon matoa akan dilaksanakan secara masif di seluruh Indonesia, melibatkan pesantren, masjid, dan komunitas agama. “Setiap pohon yang ditanam adalah investasi untuk generasi mendatang,” tegas Nasaruddin Umar. Pemilihan matoa yang dikenal sebagai ‘buah para dewa’ juga dimaksudkan untuk memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi umat.
Acara ini ditutup dengan harapan besar, PPII tidak hanya menjadi kiblat keilmuan Islam, tapi juga contoh nyata harmonisasi agama dan lingkungan. Terjalinnya kolaborasi banyak pihak, Kemenag bertekad menjadikan ecotheology sebagai gerakan nasional yang terukur, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengembangan Islam moderat dan berkelanjutan.
Rangkaian kegiatan penanaman 1 juta pohon matoa di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo masih akan berlanjut dengan kegiatan dialog Peran Pemuda sebagai Agen Kerukunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup, penanaman pohon matoa oleh Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen dan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Saiful Mujab, serta penyerahan bibit pohon matoa kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. (rmd)