Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara (PMMBN) menggelar Seminar Sosialisasi Moderasi Beragama dan Bela Negara serta pengukuhan komisariat baru di Aula PLHUT Kementerian Agama Surakarta (30/11). Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun, Kasubkor/PTP Bina Keagamaan Mahasiswa pada PTU Kemenag RI, Adimin Diens, Pembina PMMBN Jawa Tengah, Iman Fadhilah, serta Dosen UNS sekaligus penggiat Griya MBBN, Zeni Lutfiyah. Kegiatan diikuti oleh kurang lebih 40 mahasiswa yang berasal dari universitas besar, antara lain ; UNS, UMS, UNISRI, UTP, AKBARA, dan lain-lain.
Dalam sambutannya, Ahmad Ulin Nur Hafsun menyampaikan keyakinannya terhadap pentingnya pemahaman moderasi beragama di kalangan mahasiswa. “Kami yakin dan optimis bahwa moderasi beragama dapat lebih dimengerti oleh teman-teman mahasiswa ke depan. Sebagian dari kita mungkin masih salah paham tentang moderasi beragama, menganggapnya sebagai upaya memoderatkan agama. Padahal, moderasi beragama adalah bagaimana kita menjalankan agama dengan cara yang moderat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah tentang menjaga keseimbangan antara akidah, syariah, dan akhlak. “Seperti pohon yang akarnya kuat, kita perlu mempertahankan nilai-nilai dasar agama. Namun, jika kita cenderung ekstrem, misalnya lebih mengedepankan syariah, yang muncul justru perilaku saling menyalahkan. Sebaliknya, dengan sikap moderat, kita bisa menumbuhkan toleransi yang kuat dan menghormati kearifan lokal,” tambahnya.
Dalam sesi keynote speaker, Adimin Diens menyampaikan materi berjudul “Kebijakan Penguatan Moderasi Beragama di Kampus: Ikhtiar Menciptakan Iklim Harmoni”. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung terciptanya suasana kampus yang harmonis, di mana moderasi beragama menjadi kunci untuk mencapainya.
Sementara itu, Iman Fadhilah, Pembina PMMBN Jawa Tengah, menjelaskan konsep dan arah moderasi beragama dalam materinya. Menurut Iman, moderasi beragama bukanlah upaya untuk memoderasi agama itu sendiri, melainkan untuk memoderasi pemahaman dan pengamalan agama yang dilakukan oleh individu. “Moderasi beragama sangat diperlukan di Indonesia, karena kita adalah negara yang majemuk. Keberagaman etnis, bahasa, budaya, dan agama memberikan potensi tinggi untuk toleransi, tetapi juga berisiko menimbulkan konflik jika tidak dikelola dengan baik,” ujarnya.
Iman kemudian menguraikan empat indikator utama moderasi beragama, yaitu: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal.
Seminar ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang moderasi beragama dan peran penting mahasiswa dalam menjaga keharmonisan sosial di tengah keragaman. (may)