Kementerian Agama Kota Surakarta menggelar Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan negara republik Indonesia ke-77. Dilaksanakan di lapangan Kankemenag kota Surakarta dihadiri oleh seluruh staff Kankemenag Kota Surakarta,staff KUA Kota Surakarta dan para penyuluh agama non-PNS, upacara berlangsung khitmad (17/08). Upacara dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berjalan dengan lancar. Dalam kesempatan kali ini seluruh peserta upacara mengenakan pakaian adat nasional, ada yang mengenakan pakaian adat Bali, Sulawesi, tak terkecuali Kasubbag TU yang menjadi pembina upacara kali ini, mengenakan pakaian adat Jawa.
KaSubbag TU Kemenag Surakarta, Bagus Sigit Setiawan kemudian membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah dalam amanah Pembina Upacara. Usai membacakan sambutan, Bagus menambahkan sedikit pesan pada seluruh peserta upacara. “Akhir-akhir ini ramai sekali ceramah seorang yang melarang kita untuk berteman dengan orang dari agama lain. Bapak ibu saudaraku sekalian,dari sambutan tadi kita jadi tahu, ternyata kita belum selesai dengan urusan dapur sendiri,”ujarnya. Bagus mengingatkan hal tersebut masih menjadi PR besar yang mesti segera kita selesaikan. 77 (Tujuh Puluh Tujuh) Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka, tidak seharusnya masih ada ungkapan seperti itu. Ia menambahkan bahwa kita diajari bahwa negara memberi kebebasan untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut kepercayaannya tersebut. “ Maka ketika negara sudah memberi jaminan besar seperti itu, kenapa justru ada orang yang mempersempit dengan memasang kawat berduri dalam kebhinekaan?,”tegasnya.
“Lagi-lagi, kata kuncinya adalah Jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah, Sejarah adalah tauladan lengkap, kaca benggala besar lagi kita untuk menata cita untuk masa depan. Negara Ini didirikan bukan untuk satu suku, bukan untuk satu ras, agama maupun golongan,”tegasnya. Ia mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berdiri di atas kaki semua, bukan hanya ketika kemerdekaan diproklamasikan, sejak negara ini dirancang, sudah melibatkan banyak tokoh dan berbagai suku, berbagai ras, bermacam agama dan golongan. “Tidak ada lagi yang namanya perwakilan Islam, Kristen, Hindu, Buddha,Konghucu, Jawa, Sunda, Maluku, Minang, Kalimantan atau Madura. Yang ada cuma satu, Indonesia,”tuturnya.
Ia menambahkan bahwa perselisihan itu akan tidak akan membawa kemakmuran. “Suriah, Afganistan, Iraq dan Libya hancur karena permusuhan antar warganya. Jika kita bisa berkawan, jika kita bisa berdamal kenapa mesti berselisih dan bermusuhan? Saya salut dan mengucapkan terimakasih kepada seluruh saudaraku di Jawa Tengah yang selama ini tetep guyub rukun, saling ngajeni dan handarbeni. Tanpa rasa handarbeni dari panjenengan, mustahil kita bisa seneng dan hidup gayeng seperti ini. Maka sebarlah rasa itu,” petikan sambutan Gubernur Jawa Tengah.
Dalam kesempatan tersebut, disematkan pula Satyalancana Karya Satya. Penghargaan tersebut diberikan kepada para PNS yang telah melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam jangka waktu tertentu. Adapun yang menerima tanda kehormatan tersebut adalah 9 pegawai atas nama :
1. Bagus Sigit Setiawan, S.H. pangkat Kepala Subbag TU Kankemenag kota Surakarta.
2. Rahmad Rois, S.Ag. M.Pd pangkat Guru Madya pada SMPN 1 Surakarta.
3. Sukatno, S.Pd pangkat Guru Madya pada MAN 1 Surakarta.
4. Agus Nugroho, S.Pd pangkat Guru Madya pada MAN 1 Surakarta.
5. Sri Tutwuri Handayani, S.H. pangkat Pengolah data pada urusan TU MTsN 1 Surakarta.
6. Dra. Liliek Suparmi pangkat Guru Madya pada MAN 1 Surakarta
7. Dra. Sri Sutrisni pangkat Kepala urusan TU MTsN 1 Surakarta.
8. Ahmad Mudhakir S.Ag pangkat Guru Muda pada MIN Surakarta.
9. Kuwat, A.Ag., M.Pd pangkat Guru Madya pada MTsN 1 Surakarta.
(spt/my)