Kota Surakarta (Humas) – Gebyar Pusaka bertajuk “Kita Beda, Kita Bisa, Kolaborasi untuk Indonesia Toleransi” yang merupakan implementasi program Collaboration dan Tolerance Centre (CTC) KUA Revitalisasi, pada hari Kamis (26/06/2025) juga dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Hadir dengan layanan inklusif seperti cek kesehatan gratis, konsultasi KB, sertifikasi halal, konsultasi layanan lintas agama, kolaborasi dengan komunitas Joli Jolan, CTC KUA Kecamatan Jebres dilengkapi dengan prosesi penanaman pohon matoa sebagai praktik ecotheology, serta stand UMKM untuk mendukung produk lokal.
Jajaran tamu undangan yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut yaitu Kepala Kankemenag Kota Surakarta Ahmad Ulin Nur Hafsun, Kasi Bimas Islam Achmad Arifin , Ketua IPARI Kota Surakarta Pardi, Camat Jebres Samsu Tri W, Komandan Rayon Militer, Forum Komunikasi Tokoh Agama (FORSITA), dan penyuluh lintas agama di wilayah kecamatan Jebres.
Kepala KUA Kecamatan Jebres Ghofar Ismail menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun adanya kebersamaan antar umat beragama di wilayah Jebres. Ia juga menekankan pentingnya kebersamaan lintas agama sebagai fondasi kerukunan.
“Setelah berbicara dengan teman-teman penyuluh yang non islam juga, seandainaya ini launchingnya ada di KUA kecamatan Jebres, nanti kita bisa melaksanakan ditempat-tempat ibadah lainnya”, terangnya.
Ghofar Ismail berharap babak baru CTC mampu menjadi katalisator persatuan karena dengan dilaksanakan CTC, akan akan menimbulkan kebersamaan di Kecamatan Jebres yang memiliki slogan “Sukses Tanpa Ekses”.

“Semoga di babak baru ini menjadi babak yang menggembirakan dan insya Allah bisa berkembang dimasyarakat kita, persatuan, persamaan, akan menjadi hal yang baik untuk kekuatan bagi bangsa kita”, pungkasnya.
Dukungan penuh dari Kankemenag Kota Surakarta tercermin dalam sambutan Ahmad Ulin Nur Hafsun yang menggarisbawahi dinamika toleransi di Surakarta yang menarik.
“Indeks Toleransi Kota Surakarta di nomor 4 tahun 2022. Tahun 2023 di angka 10. Tahun 2024 di angka 12. Kemajemukannya tinggi. Kita optimis mampu menjaga toleransi dan kerukunan dengan baik!,” jelasnya.

Ahmad Ulin Nur Hafsun juga menambahkan bahwa simbolis kegiatan penanaman pohon matoa yang ada dalam rangkaian kegiatan merupakan simbol cinta lingkungan yang terus menerus dipupuk. Penanaman pohon sebagai bagian dari ecotheology tidak hanya menjadi ritual simbolis, tapi juga aksi nyata menjawab isu lingkungan. Pendekatan holistik ini menunjukkan peran KUA tak hanya sebagai lembaga keagamaan, tapi juga pelopor pembangunan berkelanjutan.
Melalui CTC, Kementerian Agama Surakarta membuktikan komitmennya menjadikan KUA sebagai hub toleransi dan inovasi sosial. Program ini diharapkan bisa dilaksanakan di wilayah lain di kecamatan Jebres, untuk memperkuat Kota Surakarta sebagai kota percontohan kerukunan umat beragama dan ekonomi inklusif. (sol/rmd)