Surakarta (Humas) – Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta melalui Seksi Bimas Islam menggelar kegiatan Pembinaan Da’i Da’iyah Tahun 2025 dengan mengusung tema “Mewujudkan Da’wah Moderat dan menyejukkan”.
Kegiatan ini berlangsung di Che-es Resto,Rabu (28/05), dan dihadiri oleh da’i yang tergabung dalam Kelompok Kerja Penyuluh Agama Kemenag Kota Surakarta,
Kegiatan secara resmi dibuka oleh , Kasi Bimas Islam Achmad Arifin, Dalam sambutannya, dia menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas dan peran para da’i dalam menyampaikan pesan keagamaan yang damai, sejuk, dan inklusif kepada masyarakat, khususnya dalam menghadapi tantangan dakwah di era globalisasi dan digitalisasi.
Pentingnya strategi berdakwah yang tepat dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Ia menyampaikan bahwa peran da’i dan da’iyah sangat dibutuhkan untuk membimbing masyarakat, terutama umat Islam di lingkungan sekitar, dalam memahami ajaran agama yang lurus, damai, dan penuh toleransi. Ia juga mengimbau agar para da’i menyampaikan pesan-pesan keagamaan melalui berbagai forum, baik formal seperti organisasi keislaman maupun nonformal seperti pengajian dan kelompok masyarakat. Menurutnya, seorang da’i harus mampu merespons dinamika sosial, termasuk problematika ekonomi umat, dengan pendekatan keagamaan yang menenangkan dan memberi harapan, tegasnya
Kegiatan ini, menghadirkan dua narasumber Iqmawan Muhamnad Iqbal yang mengusung tema “Konsep Dakwah Islam” dan Joko Sarjono dengan tema “Dakwah Moderat dan Menyejukkan”
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun, resmi menutup rangkaian kegiatan penyuluhan agama dengan menyampaikan sejumlah pesan penting terkait tantangan dakwah, kondisi kerukunan umat beragama, dan peran strategis penyuluh agama di era saat ini.
Dalam arahannya, Ulin Nur menyoroti tantangan dakwah kontemporer yang semakin kompleks. “Dakwah hari ini menghadapi perubahan karakter generasi, terutama Gen Z yang kritis dan sangat akrab dengan dunia digital. Kita harus mampu menjawab tantangan ini dengan pendekatan yang relevan,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kehadiran dakwah di media sosial. “Media sosial adalah ladang dakwah yang luar biasa, tapi juga menjadi sumber hoaks dan paham menyimpang. Penyuluh agama harus hadir dengan narasi yang menyejukkan dan edukatif,” ujarnya.
Menanggapi fenomena sosial yang tengah marak seperti perjudian online (judol) dan pinjaman online (pinjol), Ulin Nur mengingatkan perlunya pendekatan dakwah yang solutif. “Ini bukan sekadar masalah hukum, tapi juga moral dan sosial. Dakwah harus memberi solusi, bukan sekadar menghakimi,” katanya.
Terkait kondisi kerukunan umat di Surakarta, ia mengungkapkan bahwa indeks kerukunan sempat mengalami fluktuasi. “Kita pernah berada di peringkat ke-4 nasional, sempat turun ke peringkat ke-9, dan sekarang kembali masuk 20 besar. Ini harus jadi alarm untuk kita semua,” ungkapnya.
Ia mengajak para penyuluh agama untuk terus menguatkan komunikasi dan mitigasi konflik berbasis agama. “Kalau ada potensi konflik, segera koordinasikan. Jangan tunggu besar, kita harus cepat dan tepat dalam merespon,” tegas Ulin Nur.
Selain itu, isu kehalalan produk juga menjadi perhatian. Ulin Nur menjelaskan bahwa Kemenag telah menunjuk 17 Penyuluh Agama Islam sebagai pendamping halal untuk UMKM di Surakarta. “Kita ingin masyarakat muslim punya kepastian dalam konsumsi, tapi kita juga tidak ingin memojokkan yang non-halal. Edukasi harus dilakukan dengan cara yang persuasif,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kerja sama dengan PLUT Pemkot Surakarta sudah dijalin guna memberikan layanan konsultasi halal bagi pelaku UMKM. “Penyuluhan harus membuat pelaku usaha merasa terbantu, bukan tertekan,” pungkasnya.
Mengakhiri arahannya, Ulin Nur menekankan pentingnya penguatan koordinasi lintas lembaga dan intensifnya komunikasi antarpenyuluh. “Strategi mitigasi dini itu penting. Kita jaga harmoni sosial ini bersama-sama,” tutupnya. (ksm/my)